Jumat, 31 Agustus 2012

Memorial Anak Manusia (2)


Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran itu adalah suatu kebenaran, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk mengikutinya.

Dan tampakkanlah kepada kami kebatilan itu adalah suatu kebatilan, dan berikanlah kekuatan kepada kami untuk meninggalkannya.
Pencarian "Kebenaran"
pencarian cahaya hidayah
 Aku menginjak usia 15 atau 16 tahun ketika masuk SMU. Di SMU negeri itu mulai kutemui berbagai ormas dan lembaga Islam yang berusaha menjajakan pemikirannya, mulai dengan mencari pengikut dengan memasukkan sedikit demi sedikit lewat pelajaran - beberapa guruku adalah simpatisan sebuah organisasi Islam - atau lewat ta'lim selepas sekolah. Perlu diketahui bahwa perubahan drastis dalam pemahaman agama kumulai di SMU, melalui tangan
seorang teman, Tsabit namanya -semoga Allah mengembalikan dan menambah petunjuk kepadanya - (karena sangat disayangkan ketika kami sudah lulus dari SMU menurut berita yang kudengar dia berprofesi menjadi supranatural- naudzubillah). Aku mulai aktif di Rohis sekolah, mulai belajar kitab kuning  Arba'in Nawawi dengan huruf pegon (huruf arab dengan bahasa jawa) yang diasuh oleh Pak Salim - semoga Allah menjaganya-. Kuakui kepiawaiannya dalam menjelaskan hadits-hadits dengan bahasa jawa yang diselingi dengan canda segar.
Aku juga akrab dengan seorang teman lain, yaitu Waskito. Dia sangat getol dengan berbagai ta'lim bernuansa sufistik. Aku direkomendasinya untuk menyimak ta'lim "Nashaihul 'Ibad"1) yang diasuh oleh 2 orang kiayi kharismatik jaman itu (di wilayahku) yakni Kiayi Mudzakkir Ma'ruf -rahimahullah dan Kiayi Masrikan. Alhamdulillah, aku semakin lancar saja dalam membaca kitab-kitab pegon. Patut dicatat, ketika awal-awal itu pemahamanku masih campur aduk. Yang penting aku ngaji titik.

Hingga suatu ketika, Tsabit mengajakku dan beberapa teman lagi termasuk Hamid yang juga satu SMU, untuk ngaji di sebuah pondok pesantren di dekat SMU ku. Wah bagus ini, pikirku. Kumulai "pencarian ilmu" di pondok itu. Dimulai dengan mengkaji kitab "Hasyiyah Ushul Tsalatsah" oleh Syaikh al-Qashim yang diajarkan oleh Ustadz Abu Ammar (tapi hanya beberapa kali saja), "Bulughul Maram" hingga "Arba'in Nawawi" setiap petang menjelang berbuka di bulan Ramadhan.

Salah seorang ustadz yang sangat aku kagumi dan berpengaruh dalam hidupku adalah Ustadz Abu Yusuf - hafizhahullah -. Beliau mendalam ilmunya - menurut sepengetahuanku -, meskipun dia hanya lulusan pondok lokal yaitu di Jawa Tengah.
Beliau sangat santun dalam memberi ta'lim, bagiku beliau adalah guru dalam pelajaran di majelis, imam ketika shalat, teman ketika di kehidupan.
---
Melampau 8-9 tahun setelah itu...
Malam itu aku terjaga dari tidur. Sebuah mimpi yang aneh. Beliau, Ustadz Abu Yusuf - semoga Allah menjaganya- tampak dalam mimpiku, memberikan taushiyah singkat, ya benar-benar singkat. Hanya ada 2 point yang beliau sampaikan, yang pertama berpeganglah dengan As-Sunnah, dan yang kedua, pemimpin yang bisa dipercaya. Hingga saat inipun, aku belum bisa mencerna apa makna point yang kedua.
----
Kembali ke zaman lampau lagi ...
Pernah suatu ketika pondok kedatangan beberapa orang dari luar kota, salah satunya adalah ustadz yang berpengaruh dan terkenal keras dalam menghadapi hal-hal yang berbau bid'ah. Hari itu hari Jum'at, sedangkan pondok kala itu mengumandangkan adzan 2 kali. Sontak ustadz tersebut mendatangi rumah Ustadz Abu Yusuf dan marah-marah. Ustadz Abu Yusuf menanggapi dengan tenang. Sewaktu khutbah jumat pun beliau isi dengan sikap yang benar dalam menghadapi perbedaan pendapat atau khilafiyah.
Selain itu, aku juga mengikuti beberapa pengajian yang diadakan selepas Isya' di dekat rumahku.

3 tahun di SMU kulewati tanpa terasa. Ketika teman-teman sibuk untuk mempersiapkan UMPTN (SNMPT sekarang), aku tengah berada di sebuah ma'had di ujung utara Pulau Jawa, aku mematangkan bahasa Arabku, aku bersungguh-sungguh dan alhamdulillah pengalaman ta'lim sebelumnya menjadikan diriku selangkah lebih maju dibandingkan teman-teman daurahku sekelas. Meskipun demikian, aku tidak meraih peringkat pertama dalam daurah karena beberapa kali aku tidak mengikuti ujian karena pulang ke rumah. Walhasil saat itu aku sudah bisa membaca kitab-kitab gundul sederhana dengan sedikit kesalahan.

Catatan Kaki:
1) Kitab tersebut berisi hadits-hadits yang bernuansa nasihat-nasihat bagi manusia, hanya sayangnya tidak terdapat keterangan tentang keshahihan riwayatnya. Kitab tersebut disandarkan kepada Imam Nawawy Al-Bantany - rahimahullah -.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar