Sabtu, 03 Juli 2021

Jelang Pertolongan ...

Sekitar pukul 23.00 WIB, istriku merasakan kontraksi yang semakin kuat dan sering. Akupun meraih handphone untuk menghubungi taksi. Qaddarallah, ternyata semua armada taksi yang kuhubungi tidak mau mengantar kami, dengan berbagai alasan. Aku akhirnya menelepon tetangga depan rumah, Pak Endra, yang sudah lama menawari kami untuk mengantarkan ke bidan. Ternyata beberapa kali kuhubungi tidak diangkat-angkat juga. Sehingga istri mengatakan, nanti sajalah sekitar pukul 2 dini hari, karena biasanya Pak Endra sudah bangun. Dengan keadaan cemas, akupun menyetujuinya.

Pukul 01.30, kami terbangun dan kali ini tidak menelepon Pak Endra, akan tetapi langsung mengetuk pintu rumahnya dan mengucapkan salam dengan keras. Alhamdulillah, baru sekali atau dua kali salam, beliau membuka pintu dan langsung tanggap, "Bagaimana, Mas? Sudah terasa?" Kukatakan, "Ya, Pak" "Kalau gitu saya keluarkan mobil dulu"

Sembari Pak Endra mempersiapkan segala sesuatu dan juga mengeluarkan mobil, kamipun demikian pula, mengeluarkan tas berisi pakaian ganti dan beberapa kain tebal untuk bayi nantinya. Setelah siap semuanya, kami pamit pada ibu dan juga Mbak Mus, istri Pak Endra.

Perjalanan berlangsung lancar karena tidak banyak kendaraan yang lalu lalang pada dini hari seperti ini. Pukul 2, kami tiba di tempat Bu Amalia, Pak Endra langsung pamit pulang setelah saya mengucapkan terima kasih.

Alhamdulillah, pada saat itu tidak ada pasien lain sehingga kami bisa menempati kamar persalinan yang tertutup (pengalaman 2 kali persalinan hanya disekat oleh triplek tanpa dilengkapi pintu). Mengapa kukatakan "kami"? Karena setiap persalinan aku selalu menemani istriku hingga selesai, alhamdulillah bidan menyetujuinya.

Karena diperkirakan masih agak lama (pukul 6), maka Bu Amalia menyuruhku untuk istirahat di ruang tamu, dan beliau yang akan menunggu istri.

Bisakah aku tidur dalam keadaan seperti ini? Sedangkan hari-hari sebelum kelahiran saja aku sampai tidak masuk kerja karena merasa stres atas kesulitan persalinan kali ini. Allah memberiku taufiq untuk segera berwudhu dan bangkit untuk shalat. Bukankah ini waktu yang mustajabah? Bukankah ini saat di mana Allah turun ke langit dunia, mengabulkan permohonan orang-orang yang memohon?

Kugunakan waktu yang sempit itu untuk bermunajat kepada Dzat Yang Maha Kuasa. Memohon agar istri dimudahkan dalam persalinannya. Pukul 04.00, speaker masjid-masjid sudah mengumandangkan bacaan Al-Qur'an, pertanda sebentar lagi Subuh telah tiba....

Maka tibalah klimaksnya, tepat pada adzan Subuh berkumandang, lahirlah anak ketiga kami setelah beberapa lama dinanti...

Laki-laki (lagi), rasa syukur membuncah hati kami setelah menanti kelahiran si kecil ini sekian lama.

Hari mulai terang dengan cahaya matahari. Kami beristirahat sambil menunggu kedatangan mobil ambulance Rumah Zakat yang sudah kami hubungi beberapa jam lalu. Bu Amaliah sempat bercerita tentang seorang pasiennya, sehari sebelum kami, yang akhirnya dioperasi caesar gara-gara air ketubannya telah pecah padahal baru pembukaan awal. Ketika dirunut ternyata yang bersangkutan mengonsumsi obat perangsang persalinan. Beliau berpesan agar berhati-hati dalam penggunaan obat-obat seperti itu meskipun alami.

Alhamdulillah, beberapa saat kemudian datanglah mobil yang kami tunggu-tunggu. Setelah berpamitan dengan Bu Amaliah dan mengucapkan terima kasih, kami naik mobil dan pulang ke rumah dengan perasaan yang lega dan bersyukur kepada Allah atas segala nikmat terutama yang dilimpahkanNya pada hari ini. Di antara tanda kesyukuran kami kepada Allah adalah kami memberi nama kepada anak kami dengan “Haamid Asy-Syaakir”, dengan harapan kepada Allah semoga kelak dia menjadi orang yang senantiasa memuji Allah dan termasuk hambaNya yang bersyukur.

Setelah puji-pujian yang tak terhingga kami panjatkan kepada Allah, kami mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bu Bidan Amaliah, yang sudah menemani, memotivasi selama proses persalinan bahkan setelah kelahiran,
  2. Mbak Alvi dari Rumah Zakat beserta kru yang telah membantu kami,
  3. dan pihak-pihak lain yang telah membantu kami, baik tenaga, materi ataupun immateri yang sedikit ataupun banyak sangat membantu kami.